Transportasimedia.Com| Toyota Mirai, mobil berbahan bakar hidrogen menjadi magnet utama pengunjung Global Hydrogen Ecosystem 2025 di JICC, Senayan, Jakarta. Berbeda dengan peserta pameran lainnya, Toyota Mirai hadir dalam keadaan separuh bodi.
Berada di Booth utama, Toyota Mirai berkelir biru menampilkan separuh bodi yang sebagiannya terlihat jelas rangkaian reaksi kimia sistem pada Toyota Mirai yang memanfaatkan hidrogen (H2) bersama oksigen (O2) dari udara bebas menjadi tenaga untuk memutar roda melalui motor listrik dan mengisi baterai. Satu-satunya gas buang adalah uap air (H2O) sebagai hasil reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen.
Sistem yang diberi nama Toyota Fuel Cell System (TFCS), memakai teknologi sel bahan bakar (fuel cell) bersama Fuel Cell (FC) Stack, FC Boost Converter dan tangki hidrogen bertekanan tinggi. TFCS lebih hemat energi dibandingkan mesin pembakaran internal dan tidak mengeluarkan CO2 atau polusi udara lainnya.
Toyota Mirai menggunakan tenaga listrik dari baterai untuk mulai melaju dengan mulus dan senyap. Ketika berkendara normal, fuel cell akan mengambil alih distribusi tenaga ke motor listrik. Fuel cell akan mengisi baterai ketika berada di level yang membutuhkan.
Baterai dan fuel cell akan bekerjasama ketika membutuhkan akselerasi kuat. Dengan energy regenerative system, energi kinetik dari pengurangan kecepatan dan pengereman, dikonversi menjadi energi listrik yang disimpan di baterai. Prinsip kerjanya mengingatkan pada Hybrid EV Toyota.
"Kami ingin masyarakat memahami bahwa pengurangan emisi tidak hanya bisa dilakukan melalui baterai listrik, tetapi juga hidrogen. Edukasi publik menjadi prioritas kami," kata perwakilan dari Engineering Management Division PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Indra Chandra Setiawan, Rabu (16/4/2025).
Saat ini, unit Mirai yang dibawa ke Indonesia memang masih terbatas: satu unit generasi pertama dan satu unit generasi kedua. Namun, pengembangan terus berlanjut, termasuk modifikasi sistem penggerak lokal yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia.
Meski belum dipasarkan secara massal, teknologi kendaraan hidrogen telah diadopsi di beberapa negara maju. Toyota berharap, dengan adanya dukungan dari pemerintah Indonesia, ekosistem kendaraan nol emisi bisa segera terbentuk.