UNESCO resmi menetapkan Taman Bumi Meratus di Kalimantan Selatan dan Geopark Kebumen di Jawa Tengah sebagai bagian dari UNESCO Global Geoparks. Ini menambah daftar geopark Indonesia yang diakui dunia menjadi 12 situs.
Transportasimedia.com – Indonesia kembali menorehkan prestasi di panggung dunia setelah dua taman bumi nasional, Geopark Meratus (Kalimantan Selatan) dan Geopark Kebumen (Jawa Tengah), resmi ditetapkan sebagai bagian dari UNESCO Global Geoparks (UGGp).
Pengumuman tersebut disampaikan dalam Sidang ke-221 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Prancis, pada 2–17 April 2025. Bersama 14 geopark dari berbagai negara, Meratus dan Kebumen menambah jumlah total geopark global menjadi 229 situs di 50 negara, dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan 12 geopark berstatus internasional.
“Pengakuan ini adalah bukti nyata kontribusi Indonesia dalam menjaga warisan bumi yang bernilai universal,” ujar Mohamad Oemar, Delegasi Tetap RI untuk UNESCO.
Pegunungan Meratus: Warisan Geologi dan Budaya di Kalimantan Selatan
Pegunungan Meratus membentang sepanjang 600 kilometer di Kalimantan Selatan, dengan titik tertinggi Gunung Halau-Halau (1.901 mdpl). Kawasan ini menyimpan ofiolit tertua di Indonesia yang terbentuk sejak era Jurassic, 150–200 juta tahun lalu.
Geolog dari UPN Veteran Yogyakarta, Joko Susilo, menyebut Meratus sebagai laboratorium alam karena struktur geologinya yang mencerminkan sejarah pertemuan lempeng bumi purba.
Selain keunikan geologis, kawasan ini juga merupakan habitat bagi flora dan fauna langka seperti bekantan, beruang madu, serta burung endemik sikatan kadayang dan kacamata meratus. Masyarakat adat Dayak dan Banjar turut menjadi penjaga nilai-nilai kearifan lokal, menjaga praktik ekologis dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai inisiatif konservasi juga dilakukan, seperti Rumah Konservasi Anggrek di Tahura Sultan Adam dan Konservasi Bekantan Curiak di Batola, menjadikan kawasan ini sebagai pusat edukasi dan pariwisata berkelanjutan.
Geopark Kebumen: Museum Geologi Terbuka Pulau Jawa
Geopark Kebumen mewakili formasi batuan tertua Pulau Jawa, salah satunya adalah Karangsambung, tempat pertemuan batuan benua dan samudra dari jutaan tahun lalu. Kawasan ini dikenal sebagai laboratorium geologi alami dan menjadi pusat edukasi bagi ilmuwan dan pelajar.
Selain kekayaan geologinya, Kebumen juga menyimpan kawasan karst, fosil purba, serta kekayaan budaya lokal yang masih lestari, dari tradisi Jawa, kuliner, hingga kerajinan tangan.
“Geopark Kebumen mencakup 22 dari 26 kecamatan, dengan beragam situs geologi, biologi, dan budaya,” ungkap Sigit Tri Prabowo, General Manager Badan Pengelola Geopark Kebumen.
Beberapa situs unggulan termasuk Lava Bantal, Rijang Merah, dan Watu Kelir, yang memperlihatkan keunikan bentang alam dan batuan vulkanik. Di sisi konservasi, geopark ini turut mendorong ekonomi masyarakat melalui produk lokal dan pengelolaan pariwisata berkelanjutan.
Pelestarian yang Berbasis Masyarakat dan Berkelanjutan
Pengakuan dari UNESCO bukan hanya status simbolik, tetapi membawa tanggung jawab untuk menerapkan prinsip edukasi, konservasi, dan pembangunan berkelanjutan. Konsep geopark mengedepankan partisipasi aktif masyarakat sebagai penjaga dan pelaku utama pelestarian kawasan.
Seperti yang disampaikan Direktur Jenderal UNESCO, Audrey Azoulay, geopark adalah mercusuar pembangunan berkelanjutan yang harus ditopang oleh kearifan lokal dan kegiatan edukatif yang relevan secara budaya.
Dengan masuknya Meratus dan Kebumen sebagai bagian dari UNESCO Global Geoparks, Indonesia tidak hanya menunjukkan keindahan alam dan kekayaan budaya, tetapi juga komitmen dalam menjaga bumi untuk generasi masa depan. (*)