Berdasarkan data yang dilansir Badan Pusat Statistik/BPS (5/5), pada Triwulan I-2025 ekonomi Indonesia tumbuh 4,87 persen (y-on-y) atau terkontraksi 0,98 persen (q-to-q).
Transportasimedia.com - Sektor (lapangan usaha) dengan kontribusi terbesar terhadap PDB pada Triwulan I-2025 adalah industri pengolahan (dengan kontribusi sebesar 19,25 persen), diikuti perdagangan (13,22 persen), pertanian (12,66 persen), konstruksi (9,84 persen), dan pertambangan (8,99 persen).
Dari kelima sektor itu, tingkat pertumbuhan (y-on-y) tertinggi adalah sektor pertanian (10,52 persen), diikuti perdagangan (5,03 persen), industri pengolahan (4,56 persen), dan konstruksi (2,18 persen). Sementara, pertambangan terkontraksi sebesar 1,23 persen.
Founder & CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi itu perlu menjadi catatan penting berkaitan dengan target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah yaitu sebesar 8 persen.
Pemerintah perlu melakukan analisis terhadap sumber-sumber pertumbuhan ekonomi sektoral, baik kontribusi masing-masing terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) maupun tingkat pertumbuhannya pada periode itu.
Pemetaan rantai pasok harus dilakukan untuk semua produk atau komoditas dengan menganalisis pasokan dan permintaan baik secara nasional maupun global, serta menetapkan strategi yang tepat. Selanjutnya, pengembangan rantai dilakukan dengan mengintegrasikan para pelaku usaha dan pemangku kepentingan lainnya.
Perbaikan dan pengembangan sistem logistik sangat penting untuk meningkatkan konektivitas wilayah. Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dan fasilitas logistik berbasis komoditas menjadi sangat penting.
Untuk komoditas pertanian, perkebunan, dan perikanan yang bersifat mudah rusak (perishable), misalnya, harus didukung dengan ketersediaan cold storage atau pergudangan khusus dengan teknologi Controlled Atmosphere Storage (CAS).
Selain itu, program hilirisasi perlu dilakukan pada sejumlah sektor untuk meningkatkan nilai tambah produk dan komoditas agar bisa lebih bersaing baik di pasar domestik maupun global.
Pertumbuhan Wilayah
Data BPS menunjukkan dua wilayah dengan kontribusi terhadap PDB yang rendah adalah Bali dan Nusa Tenggara serta Maluku dan Papua, yang berkontribusi berturut-turut sebesar 2,71 persen dan 2,62 persen pada triwulan 1-2025 (y-on-y).
Pertumbuhan ekonomi Triwulan 1-2025 di kedua wilayah itu justru mengalami penurunan, sehingga harus mendapat perhatian serius. Tingkat pertumbuhan ekonomi Bali dan Nusa Tenggara turun dari 5,19 persen menjadi 3,12 persen, sementara Maluku dan Papua turun dari 12,12 persen menjadi 1,69 persen (y-on-y).
Setijadi mengatakan, dalam upaya mencapai target pertumbuhan ekonomi secara nasional, pertumbuhan ekonomi pertumbuhan wilayah-wilayah dengan kontribusi terhadap PDB yang rendah harus dipacu dengan menerapkan paradigma “ship promotes the trade“.
Untuk menjaga dan meningkatkan pertumbuhan wilayah-wilayah itu, pembangunan infrastruktur dan jaringan logistik sangat penting untuk meningkatkan daya saing komoditas dan menunjang pengembangan industri wilayah.
Pertumbuhan tersebut akan berdampak terhadap peningkatan volume barang yang penting untuk meningkatkan keseimbangan volume pengiriman barang dengan wilayah-wilayah lain yang akan berdampak terhadap efisiensi biaya logistik dan harga barang di wilayah-wilayah itu. (*)