Listrik Indonesia | Sejumlah wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (migas) yang belum dioperasikan meskipun telah mengantongi izin dinilai menjadi salah satu kendala dalam meningkatkan produksi energi nasional. Hal ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, saat meresmikan produksi perdana Lapangan Forel dan Terubuk di FPSO Marlin Natuna, Kepulauan Riau, Jumat (16/5).
Menurut Bahlil, beberapa blok migas sebenarnya memiliki potensi tambahan produksi harian yang cukup besar. Namun, belum dimanfaatkannya wilayah kerja tersebut oleh pemegang izin menyebabkan potensi tersebut belum bisa dikonversi menjadi produksi aktual.
"Kami juga laporkan kepada Bapak Presiden bahwa di sekitar blok-blok ini ternyata masih banyak blok-blok yang bisa kita kerjakan, tetapi pemegang izinnya sudah lama dipegang dan tidak beroperasi dan ini bisa meningkatkan lagi kurang lebih sekitar 5.000 sampai dengan 7.000 barel per hari di sekitar sini (Natuna)," kata Bahlil.
Sebagai tindak lanjut, Bahlil meminta arahan Presiden agar dapat dilakukan evaluasi terhadap wilayah kerja yang tidak aktif. Ia mengusulkan agar blok-blok yang tidak digarap dapat dialihkan kepada kontraktor yang lebih siap melaksanakan kegiatan operasional.
"Kami mohon izin Bapak Presiden dan mohon arahan. Sekiranya Bapak Presiden berkenan, kami akan mengevaluasi izin-izin ini untuk kita kembalikan kepada KKKS lain yang mampu mewujudkan agar bisa meningkatkan lifting, untuk menuju kedaulatan energi sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Bapak Presiden," jelasnya.
Dalam upaya mempercepat penyelesaian masalah ini, Kementerian ESDM telah menerbitkan Keputusan Menteri ESDM Nomor 110.K/MG.01/MEM.M/2024. Regulasi tersebut mengatur kriteria wilayah kerja yang dapat dikategorikan sebagai tidak produktif, termasuk lapangan yang tidak berproduksi selama dua tahun berturut-turut, POD lanjutan yang tidak dijalankan dalam kurun waktu yang sama, serta struktur migas berstatus discovery yang tidak ditindaklanjuti selama tiga tahun.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Prabowo Subianto hadir secara virtual dan meresmikan dua lapangan migas baru. Lapangan Forel mulai berproduksi pada 12 Mei 2025 dengan kapasitas awal 10.000 barel minyak per hari (BOPD), sementara Lapangan Terubuk sudah beroperasi sejak 24 April 2025 dengan kapasitas awal 4.000 BOPD. Kedua lapangan tersebut ditargetkan mampu mencapai total produksi 30.000 barel setara minyak per hari (BOEPD), termasuk tambahan gas dari Terubuk sebesar 60 MMSCFD setelah fasilitas Terubuk M selesai dibangun pada Oktober mendatang.
Proyek ini menyerap investasi sekitar USD 600 juta dan membuka lapangan kerja bagi sekitar 2.300 orang selama masa konstruksi.
Bahlil berharap dengan pengawasan dan evaluasi yang lebih ketat terhadap izin wilayah kerja, pemanfaatan sumber daya migas dapat dilakukan secara lebih optimal. Langkah ini juga diharapkan mendukung target peningkatan produksi energi nasional dan memperkuat upaya menuju kedaulatan energi.