Transportasi Indonesia | Peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-117 menjadi momentum reflektif bagi PT Pertamina (Persero) untuk meninjau kembali kontribusinya terhadap ketahanan energi nasional. Diselenggarakan di halaman Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, kegiatan ini mengangkat tema “Bangkit Bersama Mewujudkan Indonesia Kuat”.
Dalam upacara yang dihadiri oleh jajaran direksi, manajemen, dan seluruh Perwira Pertamina Group, Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, membacakan sambutan dari Menteri Komunikasi dan Digital RI. Ia menekankan pentingnya kebangkitan yang dilandasi nilai-nilai kemanusiaan dan berorientasi pada keadilan dan kesejahteraan.
“Kebangkitan yang paling kokoh adalah kebangkitan yang tumbuh perlahan berakar dalam nilai-nilai kemanusiaan dan berbuah pada keadilan serta kesejahteraan yang dirasakan bersama,” ujar Simon, dikutip pada Selasa (10/06/2025).
Dalam usianya yang ke-67, Pertamina terus menjalankan peran strategis sebagai penyedia energi nasional. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menyampaikan bahwa Pertamina saat ini mengelola 24% wilayah kerja hulu migas, yang menyuplai sekitar 69% kebutuhan minyak nasional dan 37% kebutuhan gas.
“Hulu migas berperan penting mewujudkan kemandirian energi nasional sehingga Pertamina terus mengalokasikan Capex yang besar sekitar 62 persen di sektor hulu migas,” jelas Fadjar.
Pertamina juga mengoperasikan enam kilang domestik dengan total kapasitas 920 ribu barel per hari. Volume pemrosesan kilang mencapai 334 juta barel per tahun dan seluruhnya dialokasikan untuk kebutuhan dalam negeri. Beberapa proyek pengembangan kilang yang sedang berjalan antara lain Kilang RDMP Balikpapan, Green Refinery Cilacap, dan Proyek Petrokimia TPPI Tuban.
Di sektor hilir, distribusi energi dilakukan melalui pengoperasian lebih dari 320 kapal, termasuk 102 kapal milik sendiri dan tujuh kapal jenis Very Large Gas Carriers (VLGC). Infrastruktur distribusi energi terus diperluas untuk menjangkau daerah-daerah terpencil.
“Distribusi energi di Indonesia dikenal sebagai yang terumit di dunia karena kondisi geografisnya, ini menjadi tantangan bagi Pertamina untuk menyediakan energi hingga ke wilayah 3T,” tambah Fadjar.
Sejak 2017, Pertamina telah membangun 573 lembaga penyalur BBM Satu Harga di wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Selain itu, terdapat lebih dari 6.700 outlet Pertashop yang beroperasi untuk meningkatkan akses energi masyarakat yang belum terjangkau SPBU. Program One Village One Outlet juga terus dikembangkan dengan tujuan memperluas akses LPG ke lebih dari 96% desa di Indonesia.
“Dengan semangat Harkitnas 2025 dan dukungan stakeholder, Pertamina berkomitmen menjalankan amanah mewujudkan kemandirian energi nasional,” pungkas Fadjar.