.jpg)
Transportasi Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meminta agar stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta turut mendukung kebijakan pemerintah dalam penerapan bahan bakar minyak (BBM) dengan campuran etanol. Hal tersebut disampaikan Bahlil dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Jakarta, Senin (3/11/2025).
Bahlil menilai bahwa penggunaan campuran etanol dalam BBM bukanlah hal baru di dunia. Sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, India, dan Thailand, telah lebih dulu menerapkan penggunaan bahan bakar dengan kadar etanol yang bervariasi.
“Amerika Serikat telah menggunakan BBM dengan campuran etanol 20% (E20), dan di beberapa wilayah bahkan mencapai E85. Sementara itu, India telah memakai BBM etanol 30% (E30), dan Thailand dengan E20,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Bahlil menyoroti sikap sebagian SPBU swasta yang dinilai kurang mendukung kebijakan pemerintah terkait program BBM etanol. Ia menegaskan bahwa pelaku usaha seharusnya tidak menghambat kebijakan nasional yang bertujuan memperkuat ketahanan energi.
“Jadi kita itu jangan apa ya? Selalu berpikir sesuatu yang seolah-olah ada sesuatu-sesuatu gitu. Dan yang kedua jangan swasta memaksakan kehendak gitu loh. Apalagi SPBU-SPBU ini kan gitu, jangan dikira kita nggak paham. Seperti orang Papua bilang, adek kau baru menulis, kakak sudah baca,” tegas Bahlil.
Pemerintah, lanjut Bahlil, saat ini tengah menyiapkan kebijakan penerapan BBM dengan campuran etanol 10% atau E10, yang ditargetkan mulai diterapkan pada tahun 2027. Program ini merupakan bagian dari strategi nasional untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor BBM.
Selain menekan impor energi, kebijakan E10 juga menjadi langkah pemerintah dalam mendorong transisi menuju energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Bahlil menegaskan bahwa dukungan sektor swasta akan berperan penting dalam memastikan keberhasilan program tersebut.
