Bahlil Paparkan Strategi BBN untuk Kurangi Impor Energi

Bahlil Paparkan Strategi BBN untuk Kurangi Impor Energi
Bahlil saat diskusi terbuka bersama mahasiswa dan aktivis muda sektor energi di Jakarta.

Transportasi Indonesia | Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan strategi pemerintah dalam pemanfaatan bahan bakar nabati (BBN) untuk mengurangi ketergantungan impor energi. Pernyataan tersebut disampaikan dalam diskusi terbuka bersama mahasiswa dan aktivis muda sektor energi di Jakarta, dikutip pada Kamis (30/10/2025).

Dalam penjelasannya, Bahlil menyebut bahwa pemerintah menempatkan kemandirian energi sebagai agenda penting melalui sejumlah kebijakan yang sudah berjalan. Di sektor bahan bakar diesel, pemerintah telah menerapkan program pencampuran solar dengan biodiesel sawit sebesar 40 persen (B40) sejak 1 Januari 2025. Program tersebut menjadi tahapan menuju target pencampuran biodiesel berikutnya.

Ia menegaskan rencana peningkatan campuran menjadi 50 persen (B50). 

“Jadi kita campur antara solar murni dengan CPO dengan methanol jadi FAME itu dicampur. Tujuannya apa? Agar CPO dalam negeri bisa dikonversi untuk jadi solar,” jelas Bahlil.

Selain fokus pada solar, pemerintah juga menyiapkan kebijakan serupa untuk bensin. Targetnya adalah penerapan campuran 10 persen bioetanol (E10) dalam bensin guna menekan impor sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan. 

“Kalau bensin ini 60% konsumsi bensin kita itu masih impor. Maka ke depan kita akan mendorong untuk ada E10. Kemarin malam sudah kami rapat dengan Bapak Presiden. Bapak Presiden sudah menyetujui untuk direncanakan mandatori 10% etanol. Dengan demikian kita akan campur bensin kita dengan etanol. Tujuannya apa? Agar tidak kita impor banyak dan juga untuk membuat minyak yang bersih, yang ramah lingkungan,” ungkapnya.

Bahlil juga menekankan bahwa pendanaan program ini tidak mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pembangunan sektor energi diarahkan melalui kerja sama antara pemerintah, BUMN, dan swasta. 

“Jadi yang pertama, kita mengerjakan ini tidak memakai dana APBN, sedikit sekali. Sedikit sekali. Kita akan pakai kolaborasi dengan swasta,” tegasnya.

Dalam kerangka strategi energi nasional, pemerintah turut merancang pembangunan pembangkit listrik tenaga surya berskala besar, termasuk rencana proyek 80 gigawatt (GW) yang akan dilaksanakan PT PLN (Persero) bersama mitra investasi. Pertamina juga didorong untuk meningkatkan kapasitas produksi migas dan memperkuat kemampuan kilang domestik.

Bahlil menyampaikan harapannya bahwa kebijakan pencampuran bahan bakar nabati dan pola pendanaan kolaboratif dapat mempercepat transisi menuju kemandirian energi dan keberlanjutan. Pada kesempatan yang sama, ia menyoroti peran generasi muda dalam mendukung agenda tersebut. Pemahaman dan keterlibatan aktif generasi Z dinilai penting dalam mendukung keberhasilan peta jalan energi nasional.

#BBM

Index

Berita Lainnya

Index