Transportasi Indonesia | Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyampaikan perkembangan peran Pertamina selama satu tahun pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam keterangan pers, dikutip pada Kamis (30/10/2025).
Simon menekankan bahwa Pertamina terus berupaya menyalurkan energi ke seluruh pelosok Indonesia meski menghadapi tantangan geografis yang luas.
“Distribusi energi di Indonesia dikenal sebagai yang terumit di dunia, namun Pertamina selalu setia menyalurkan energi kepada seluruh masyarakat Indonesia di mana pun berada,” ujar Simon.
Komitmen Pertamina terlihat dari berbagai program yang dijalankan, termasuk Program BBM Satu Harga untuk wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Dalam kurun satu tahun, Pertamina telah membangun dan mengoperasikan 40 lembaga penyalur baru yang tersebar di empat klaster utama: Maluku–Papua (14 titik), Sulawesi–Nusa Tenggara (12 titik), Kalimantan (7 titik), dan Sumatera (7 titik). Dengan tambahan ini, jaringan BBM Satu Harga kini mencapai 573 lembaga penyalur dari total 15.345 titik distribusi BBM di seluruh Indonesia. Langkah ini mendukung pemerataan akses energi sejalan dengan visi pemerintah membangun dari desa dan memperkuat ekonomi rakyat.
Selain BBM, Pertamina juga memperluas akses energi rumah tangga melalui program One Village One Outlet (OVOO). Program ini memperkuat jaringan distribusi LPG subsidi yang kini menjangkau 269.096 pangkalan di 38 provinsi. Sebanyak 370 ribu pengecer LPG 3 kilogram juga telah ditingkatkan statusnya menjadi sub-pangkalan, sehingga layanan energi dapat menjangkau hingga tingkat RT dan RW.
“Pertamina bergerak mendistribusikan BBM dan LPG dengan memanfaatkan multi moda, baik darat, laut, dan udara. Ketersediaan energi menjadi faktor utama yang mendorong kemajuan ekonomi masyarakat, terlebih di wilayah 3T,” tegas Simon.
Dalam mendukung rantai distribusi energi, Pertamina mengoperasikan 6.000 armada mobil tangki dan 476 kapal tanker serta kapal pendukung. Selama setahun terakhir, perusahaan menambah 10 kapal tanker baru, termasuk empat Very Large Gas Carrier (VLGC) ramah lingkungan: Pertamina Gas Caspia, Pertamina Gas Dahlia, Pertamina Gas Tulip, dan Pertamina Gas Bergenia. Enam kapal lainnya digunakan untuk pengangkutan BBM dan minyak mentah, memperkuat ketahanan energi nasional melalui jalur laut.
Pertamina juga meningkatkan keandalan infrastruktur pengolahan minyak. Perusahaan menyelesaikan pembangunan dua tangki minyak mentah di Lawe-Lawe, masing-masing berkapasitas satu juta barel, bagian dari proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang menjadi 360 ribu barel per hari. Selain itu, empat tangki baru di Kilang Balongan masing-masing berkapasitas 29 ribu meter kubik telah rampung dibangun untuk mendukung ketersediaan stok dan stabilitas pasokan BBM nasional.
Langkah penguatan infrastruktur juga mencakup pembangunan pipa minyak sepanjang 96 kilometer yang menghubungkan Kilang Balongan dan Terminal BBM Plumpang. Jalur ini menyalurkan sekitar 4,6 juta kiloliter BBM per tahun untuk wilayah Jawa Barat dan Jakarta, yang menyerap sekitar 30 persen konsumsi nasional.
“Kehadiran infrastruktur energi sangat strategis untuk menjaga ketahanan energi sekaligus mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada energi nasional sebagaimana yang tertuang dalam Asta Cita Pemerintahan Prabowo-Gibran,” pungkas Simon.
Dalam satu tahun pertama pemerintahan Prabowo–Gibran, kiprah Pertamina menunjukkan pergeseran dari sekadar penyedia energi menuju penguat ketahanan nasional. Tantangan pemerataan dan transisi energi masih besar, tetapi langkah-langkah yang ditempuh menjadi fondasi bagi arah kebijakan energi Indonesia ke depan.